4 Terapi Hormon untuk Cegah Osteoporosi



img
(Foto: thinkstock)
Yogyakarta, Sekarang ini banyak beredar obat-obatan pencegah osteoporosis di pasaran. Tetapi Anda perlu waspada terhadap penggunaan obat-obatan tersebut apakah terbukti aman mencegah osteoporosis dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya.

"Untuk mencegah osteoporosis, Anda perlu mendapatkan terapi hormonal yang berperan terhadap pembentukan tulang," kata Dr. Dicky Moch Rizal, Mkes, SpAnd, dalam acara Seminar Pencegahan dan Penanganan Osteoporosis dalam rangka soft opening RS Akademik UGM, Yogyakarta, seperti ditulis Senin, (4/6/2012).

Berikut 4 jenis terapi hormon yang dapat mencegah terjadinya osteoporosis, antara lain:

1. Hormon Estrogen

Estrogen merupakan hormon yang bertanggung jawab terhadap proses pembentukan tulang karena sifatnya yang merangsang pembentukan tulang atau osteoblastik.
Sehingga, wanita yang mengalami masa menopause akan mengalami penurunan kadar estrogen dan menurun pula daya perlindungan terhadap tulangnya dan berisiko terhadap osteoporosis.

Penelitian menemukan bahwa dengan terapi hormon estrogen atau yang dikenal dengan SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator) dapat meningkatlkan kadar kalsium dalam tulang. Terapi hormon estrogen diperlukan oleh wanita agar terhindar dari osteoporosis, sehingga Anda dapat menikmati masa tua yang sehat dan bahagia.

Anda juga dapat meningkatkan kadar hormon estrogen dalam tubuh secara alami yaitu dengan mengonsumsi sayuran seperti kedelai, brokoli, kemangi dan buah alpukat.

2. Hormon Testosteron

Fungsi biologis hormon testosteron pada pria juga sama dengan fungsi hormon estrogen terhadap tulang. Tetapi penurunan estrogen lebih drastis dibandingkan dengan penurunan testosteron pada pria.

Proses penurunan testosteron alami pada pria berjalan dengan lambat, yaitu dimulai usia 35 tahun dengan penurunan sebanyak 1 persen setiap tahunnya. Sehingga pria usia 70 tahun pun masih mempunyai kadar testosteron hingga 25-30 persen yang membuat risiko osteoporosis pada pria lebih sedikit dibanding wanita.

Pada kondisi tertentu, pria dapat mengalami penurunan testosteron yang lebih cepat misalnya pada kondisi hipogonadisme primer maupun sekunder. Pencegahan dapat dilakukan dengan terapi hormon testosteron pada pria yang diketahui mempunyai faktor resiko terhadap osteoporosis karena kondisi hipogonadismenya.

3. DHEA (dehidroepiandrosterone)

DHEA adalah jenis hormon androgen yang diproduksi terutama oleh kelenjar korteks adrenal baik pada pria maupun wanita. Penurunan DHEA dapat memicu masalah kesehatan seperti penyakit jantung, kolesterol tinggi, depressi, inflammasi, gangguan sistem imun, schizophrenia, Alzheimer, diabetes, HIV, dan osteoporosis.

Seperti pada testosteron dan estrogen, penurunan DHEA juga terjadi setelah melewati usia 35 tahun. Penurunan DHEA pada wanita lebih besar dibanding penurunan DHEA pada pria di usia yang sama.

Kadar hormon DHEA pada penderita osteoporosis lebih rendah dibanding pada orang non osteoporosis. Terapi pemberian DHEA terbukti dapat mengatasi osteoporosis melalui proses perubahan menjadi estrogen maupun testosteron yang akan meningkatkan densitas tulang.

Selain itu, terapi hormon DHEA juga dapat mencegah terjadinya proses inflamasi yang dapat mengakibatkan resorpsi tulang.

4. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Horrmon pertumbuhan diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon pertumbuhan terlibat dalam pengaturan metabolisme tubuh, mempengaruhi seksualitas dan juga osteoporosis.

Ketika dewasa, jumlah hormon pertumbuhan akan mengalami penurunan yang dikenal dengan defisiensi GH (Growth Hormone). Penderita defisiensi GH akan mengalami penurunan proses mineralisasi tulang dan membuat tulang mudah patah.

Terapi pemberian GH pada kasus defisiensi GH terbukti dapat mencegah terjadinya osteoporosis. GH dapat ditingkatkan secara alami dengan tidur yang baik dan berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar